Find here

Jumat, 19 Agustus 2011

Menjadi Pribadi Luar Biasa, tak perlu sama


Penulis: Megawati Dharma Iriani
sumber:era muslim.com

“Akhwat kok ngebut ?!” begitulah komentar seorang ikhwan, saat melihat seorang perempuan berkerudung lebar melintas dengan cepat, mendahului laju motornya.

Ada juga yang berkomentar, “Kok yang jadi pembicara akhwat ya? Pesertanya kan ada ikhwan juga ....” sela seorang peserta training kepemimpinan ketika mendapati situasi yang berbeda dari yang biasa dialaminya.

Sempat pula kudengar seorang adik tingkat berkata, "Mbk, si A itu kok kalem banget sih … kan jadi terlihat lemah gitu di hadapan ikhwan…" Dan komentar lainnya. Bingung mendengar komentar-komentar itu ?

Mungkin saja kita jadi bingung bila mendengar komentar-komentar seperti itu. Ya, suatu sudut pandang yang berbeda dalam menilai sesuatu. Apalagi jika bersangkutan dengan yang namanya “akhwat”. Wanita yang berusaha menjalankan aturan sesuai syariat, tak jarang mendapat komentar dari kanan-kirinya.

Bagi sebagian besar orang, yang namanya akhwat itu harus identik dengan sifat lembut, kalem, tidak bicara kasar, menjaga sopan santun, dan lain sebagainya. Kalau mengenai ikhwan … ya, seorang yang identik dengan sifat tegas, pandai orasi, berwibawa, dan lain-lain. Pantas saja kalau sebagian orang terheran-heran ketika ada seorang akhwat yang punya sifat “nyentrik", dan menjadi kaget melihat ikhwan yang punya sifat lemah lembut.

Ingatkah kita kisah teladan dari Rasulullah SAW dan para sahabat. Mereka adalah sosok yang mengagumkan. Bahkan 10 diantaranya dijamin masuk surga. Ada juga empat pemimpin kaum Hawa di Jannah-Nya kelak, mereka berasal dari negeri yang berbeda-beda, dengan adat/kebiasaan yang berbeda, dengan sifat yang berbeda pula.

Rasulullah SAW adalah seorang yang paling lembut terhadap istri dan anak-anaknya, sangat sopan terhadap para sahabat/shobiyahnya. Bahkan pada seorang kafir buta yang sudah tua. Seiap hari beliau menyuapi orang kafir yang buta ini, sampai beliau wafat. Saat Abu Bakar menggantikannya untuk menyuapi orang buta itu, ia bisa dengan mudah membedakannya. Tapi, Rasulullah SAW adalah orang pertama yang “tidak terima” saat kaum kafir memusuhi Islam. Sikapnya begitu tegas dan keras saat musuh-musuh Islam itu merajalela.

Ingatkah engkau dengan sosok Abu Bakar? Sosok ikhwan yang sangat menjaga kesopanan, lemah lembut terhadap sesamanya. Dari segi fisik, beliau adalah seorang yang bertubuh kurus, sampai celananyapun sering kedodoran. Walau beliau banyak harta, tapi tak menghalanginya untuk menjauhkan lambung dari tempat tidurnya.

Beda lagi dengan Umar bin Khatab. Secara fisik, sosoknya tinggi besar, kekar, dan besar. Sifatnya sangat tegas. Tapi tak jarang beliau ditemukan dalam keadaan menangis tersedu dalam salat, bahkan sampai pingsa. Sosok yang selalu ingin bersaing dengan Abu Bakar ini, tak jenuh menanyakan pada Rasulullah SAW tentang apa-apa yang bisa membuatnya lebih dekat dengan Allah SWT.

Ustman bin Affan, seorang ikhwan hartawan yang sangat pemalu, bahkan malaikat pun malu pada beliau. Tak enggan memberikan harta di jalan Allah, itulah karakteristiknya.

Lain lagi dengan Ali bin Abi Thalib. Beliau seorang pemuda yang sangat bersahaja. Pemuda pertama yang memeluk agama Islam. Pemuda yang sangat menjaga hati terhadap lawan jenisnya, saampai Allah ‘menghadiahkan’ sosok lembut Fatimah binti Muhammad sebagai pendamping hidupnya. Walau keduanya sudah "ada rasa" sebelumnya, tapi mereka berusaha untuk tidak mengekspresikan sebelum saatnya tiba. Subhanallah ....

Ummahatul Mukminin, para wanita yang mendapat kehormatan mendampingi Rasulullah SAW, wanita dengan karakter luar biasa. Mereka semua memiliki karakter berbeda-beda dan memiliki keunggulannya masing-masing. Semua punya keunggulan amal, punya akhlak mulia yang luar biasa.

Siti Khadijah, sosok keibuan yang tiada bandingnya di hati Rasulullah SAW. Bahkan Rasul-pun sering menyebut namanya walau beliau sudah tiada hingga Aisyah cemburu dibuatnya. Khadijah adalah sosok penuh pesona, walaupun beliau seorang janda, seorang hartawan dan bangsawan, tapi tak membuatnya bimbang untuk menyerahkannya demi ke-muntijah-an Islam.

Aisyah adalah osok wanita dengan kedalaman ilmu yang sangat luar biasa. Bahkan seorang sahabat berkata, "Kalau ilmu Aisyah ditukar dengan ilmu para wanita di dunia, niscaya tidak sebanding dengannya. Hafalan hadisnya tidak perlu diragukan, kepandaiannya dalam ilmu kedokteran dan sastra, tidak perlu disangkal.

Hafshah binti Umar adalah seorang pemelihara al-Quran. Ummu Salamah dalah istri Rasulullah SAW yang pertama masuk Madinah. Ummu Habibah adalah mukminah yang amat setia terhadap agamanya. Juwairiyah binti Al-Harist adalah wanita pembawa berkah besar bagi kaumnya.

Para shohabiyah-pun tak perlu diragukan lagi. Asma’ binti Abu Bakar ialah Sang pemilik dua ikat pinggang. Ummu Khultsum binti Ali ialah bidan muslimah pertama. Sumayyah binti Khayyath ialah Syahidah pertama dalam Islam. Ummu ‘Umarah ialah prajurit mukminah.

Dan masih banyak lagi ...

Pertanyaannya sekarang, bagaimana dengan kita ? Silakan memilih teladan yang paling dikagumi, karakter yang paling sesuai diterapkan dengan diri pribadi. Jangan sampai tidak memilih sama sekali, begitu sindiran seorang ustadz.

Kawan, sekali lagi, mencontoh bukan berarti harus sama, kita tetap bisa menjadi diri sendiri, tinggal mengoptimalkan untuk berjuang meraih ridha-Nya. Sungguh, masing-masing dari kita pasti memiliki kecenderungan yang berbeda, punya sifat yang tidak sama, punya amal unggulan yang berbeda, asalkan tidak melanggar syariat-Nya.

Malu rasanya diri ini mengingat pribadi-pribadi yang luar biasa, yang saya sebutkan di atas. Ada teman yang sangat mendahulukan salat di awal waktu dengan berjamaah, ada yang senang membangunkan teman kos untuk salat malam, mengirim SMS tausiyah berkesinambungan, puasa senin-kamis yang selalu dilaksanakan, hafalan Quran yang sungguh mengagumkan, karakter yang sangat pandai menyemangati para stafnya, sosok tak kenal lelah yang bekerja untuk memenuhi kebutuhan keluarga, salat Dhuha yang tak pernah ditinggalkannya. Ada akhwat yang sangat sopan dalam berkata-kata, ada pula yang dengan semangat mengutarakan ide gagasannya. Ada ikhwan yang sangat tegas walau dalam keadaan bercanda, ada pula yang sangat sopan dan menjaga tata krama.

Semua karakter itu, semua sifat itu, adalah anugerah dari Allah untuk kita. Seorang yang pandai berorasi, sangat tepat ditempatkan di barisan terdepan saat aksi. Seorang yang pandai dalam interpreneur, sangat diperlukan dalam menyokong dana. Seorang konseptor, sangat diperlukan utk menyumbangkan ide dan gagasannya demi kegiatan yang tepat sasaran. Seorang yang ahli dalam kerja-kerja teknis, sangat diperlukan untuk merealisasikan konsep yang cemerlang. Seorang yang ‘pelit’, sangat cocok ditempatkan pada posisi bendahara. Seorang yang senang shopping dan wisata kuliner, pasti tepat ditempatkan di bagian konsumsi. Seorang yang hobi berpetualang, akan cocok untuk menentukan tempat yang tepat untuk sebuah kegiatan. Bahkan, seorang yang suka kebut-kebutan, akan sangat diperlukan untuk menjemput pembicara.

Dari sisi kelemahan, selalu ada sisi kebaikan. Maka, dalam barisan kebaikan ini, tiada yang sia-sia. Allah Swt. menciptakan semua perbedaan itu agar kita saling menguatkan. Bukankah sebuah taman akan tampak lebih indah dengan bunga-bunga dan kupu-kupu yang berbeda-beda warnanya?

Sukses Menurut Islam


Setiap insan ingin selalu meraih kesuksesan. Lalu apa makna sukses menurut Islam? Sukses sejati menurut Islam adalah sukses yang tawadzun, atau sukses yang seimbang. Sukses ritual dan sukses sosial. Sukses rohani dan sukses material.
Sukses dalam pengertian Islam berarti juga adalah mereka yang selalu dapat menegakkan sholat dengan khusuk. Sebab jika seseorang telah dapat melaksanakan sholat lima waktu dengan khusus, maka ia Insya Allah akan menjadi pribadi yang sukses dunia akherat. Selain itu, makna sukses dalam Islam merujuk pada sikap amanah, atau selalu mampu memegang amanah dengan penuh keihklasan.
Sukses dalam pengertian Islam pada sisi lain juga mengacu pada tindakan dan perilaku yang baik, serta mampu menjadi teladan (uswah khasanah) ditengah masyarakat.
Orang yang sukses secara Islami akan mewarisi surga, dimana dia akan kekal didalamnya.

Yodhia Antariksa (Alumni SMA N 1 Kajen 1989)

LEMBAGA DAKWAH SEKOLAH


Hari ini, serangan barat untuk menghancurkan generasi muda bertubi-tubi. Kehidupan rusak dan budaya jahiliyah modern dipaksakan ke tengah-tengah anak muda Muslim. Mengapa mereka menyerang anak muda? Mereka tahu, generasi muda merupakan cikal bakal pengganti umat hari ini. Untuk itulah, Barat berupaya merusak anak-anak muda Muslim dengan gaya hidup bebas, hedonisme yang berlandaskan pada sekularisme atau pemisahan agama dari kehidupan.

Remaja Muslim tak boleh berdiam diri apalagi membebek mengikuti gaya hidup Barat yang hari ini telah menyebabkan rusaknya moral anak-anak muda. Remaja Muslim dan generasi muda Muslim harus bangkit. Kini saatnya selamatkan remaja dengan Islam.

Islam merupakan sebuah deen yang komplit, yang mengatur segala aspek hidup. Islam yang berasal dari Sang Pencipta ini telah memberikan aturan lengkap, mulai interaksi antara manusia dengan Tuhannya, hubungan manusia dengan dirinya sendiri, dan hubungan manusia denga sesamanya. Mulai masuk ke toilet hingga masuk ke negeri orang, Islam punya aturannya. 

Hanya disayangkan, seperti diungkapkan di awal, hari ini Barat dan orang-orang yang tak ingin Islam, berusaha untuk menjauhkan Islam dari anak mudanya. Maka muncullah pemahaman, bahwa Islam hanya sholat saja, shoum saja, ibadah haji saja, atau sebatas seruan-seruang moral saja. Padahal Islam adalah komplit. 

Untuk memberikan pemahaman Islam kembali kepada anak-anak muda hari ini, maka diperluakan aktivitas dakwah. Ya, dakwah itulah satu-satunya yang dapat kita lakukan untuk menyadarkan kembali generasi Muslim sehingga muncul generasi terbaik umat. Dakwah bukan hanya milik orang tua, kyai, atau ajengan. Dakwah adalah kewajiban setiap insan, maun tua atau pun muda.

Terlebih lagi, kalau kamu liat perjalanan dakwah Rasulullah Saw., maka kamu dapat mengetahui bahwa remaja dan pemuda menjadi sahabat-sahabat Nabi Saw. ketika beliau berdakwah pertama kali di Makkah. Ali bin Abi Tholib, umurnya 8 tahun, Zubair bin Awwam, 8 tahun, Al-Arqam bin Al-Arqam, 12 tahun, Abdullah bin Mas'ud, 14 tahun, dan sahabat-sahabat pemuda lainnya. 

Maka dari itu, yuk kita berdakwah bersama barisan anak muda Muslim melalui Lembaga Dakwah Sekolah (LDS) yang ada di sekolah kamu, Kajian Islam Anak Sekolah (KILAS), Pengajian Anak Sekolah (PAS) atau juga bersama Alumni-alumni LDS. Insya Allah, generasi terbaik akan tercipta kembali. Siapa mereka? Jawabannya adalah kita!